Sudahkah terjadi perubahan besar dari tulisan di bawah ini mengenai refleksi di dunia pendidikan di tahun 2010?? Setelah 15 tahun berlalu, mana mana saja yang telah mengalami perubahan dan perkembangan pesat? Mampukah pendidikan kita mengejar ketertinggalan dibanding negara negara maju?? Seperti apakah tujuan pendidikan kita yg tercantum dalam UU Diknas?? Apakah perlu revisi karena tidak sesuai dengan perkembangan jaman?? Dan sejumlah pertanyaan lain yang memerlukan tindakan nyata untuk menjawabnya.
--------------------------------------
Besok tanggal 2 Mei 2010 merupakan hari pendidikan nasional
... saya yakin semua orang Indonesia yang pernah mengenyam dunia pendidikan
pasti tahu hal ini. Namun demikian, hari pendidikan nasional ini terasa lain
dibanding waktu-waktu sebelumnya. Yang paling mencolok adalah dihapuskannya UU
BHP yang dinilai oleh sebagian kalangan akan makin menyuburkan praktek bisnis
dunia pendidikan. UU BHP yang membatasi agar maksimum 30% biaya pendidikan
dibebankan kepada para calon mahasiswa, dengan dihapuskannya UU ini akan makin
membebani kantong orang tua mahasiswa karena penyelenggara pendidikan dapat
dengan seenaknya menetapkan besaran uang pendidikan walaupun kualitasnya kadang
masih perlu diuji. Di lain pihak, untuk pendidikan dasar dan menengah,
dilaksanakannya ujian nasional (UN) seringkali merupakan momok bagi para siswa,
orang tua dan guru. Mereka dituntut untuk belajar dan berusaha lebih keras agar
siswa, anaknya atau anak didiknya lulus dengan nilai yang baik. Sehingga bagi
yang berpikiran pendek dan ingin menguntungkan sekelompok pihak tertentu maka
cara-cara yang tidak fair dan sehat serta mendidik dilakukan. Jual beli kunci
jawaban, atau guru mata pelajaran yang memberikan kunci jawaban kepada anak
didiknya merupakan hal negatif yang juga mengemuka. Dilaksanakannya UN juga
menuai protes oleh berbagai kalangan karena kualitas sarana dan prasarana dunia
pendidikan di seluruh pelosok nusantara njomplang. Tidak ada buku pegangan yang
seragam dan kemampuan guru yang sangat beragam serta sarana yang tidak memadai
merupakan hal-hal yang dianggap tidak fair jika anak didik
"diperlombakan". Sudah barang tentu di luar Jawa akan mengalami
kesulitan dalam menyamai kualitas pendidikan di Jawa, bahkan sesama di Jawa pun
juga mengalami disparitas antara kota dengan pelosok pedesaan. Sehingga tidak
heran ribuan siswa di Jawa dan luar Jawa tidak lulus, bahkan ratusan sekolah
sama sekali tidak ada siswanya yang lulus UN kali ini. Inilah potret buram
dunia pendidikan kita.
Di lain pihak, kita sering mendengar prestasi para siswa dan
mahasiswa kita dalam berbagai kompetisi internasional. Juara satu, dua dan tiga
seolah-olah sudah bukan hal yang luar biasa ditorehkan oleh para putra putri
kita. Juara fisika, biologi, kimia, matematika, astronomi, sains kebumian atau
rekayasa sudah bukan berita baru lagi. Ini sangat membanggakan bagi kita semua.
Di tengah kondisi pendidikan dalam negeri kurang begitu menggembirakan, namun
dalam kancah internasional kita cukup disegani. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment